Kamis, 12 Februari 2009

Setia Indonesia

. Kamis, 12 Februari 2009
1 komentar

Setia Indonesia mengandung arti bahwa kita akan melakukan yang terbaik untuk Indonesia. Melakukan berbagai cara yang baik untuk membuat baik Indonesia. Tidak melupakan Indonesia dan berusaha membangunnya juga termasuk setia kepada Indonesia. Misalnya kita berada di luar negeri, entah itu kita belajar, bekerja, atau yang lainnya, apabila kita sukses, jangan lupa kepada Indonesia. Kembalilah ke Indonesia. Jangan sampai terbesit niat untuk melupakan Indonesia. Sebagai contoh, kita belajar di luar negeri, setelah lulus tidak mau pulang karena gaji di sana lebih besar. Boleh saja kita berada di sana, tetapi jangan lupakan Indonesia yang telah membawa sampai ke sana. Apa jadinya jika orang-orang terutama golongan berpendidikan meninggalkan Indonesia. Tidak akan ada yang berpikir untuk Indonesia dan akhirnya tidak ada yang membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, tetap tertinggal dan miskin. Memang jika dibandingkan dengan Negara-negara lain, Indonesia masih kalah jauh. Pendapatan rendah, iklim politik yang tidak stabil, dan faktor lain yang kurang kondusif memang menyebabkan banyak orang ingin pergi dari Indonesia dengan alasan mencari kehidupan yang lebih baik.


Lalu kapan Indonesia bisa lebih baik, bisa seperti Negara-negara maju lainnya? Jawabannya bila orang sudah setia kepada Indonesia. Setia kepada Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara di berbagai bidang. Misalnya seorang pemuda yang belajar di luar negeri, setelah lulus gunakan ilmu yang didapatnya itu untuk membangun Indonesia. Sebagai seorang pelajar, tunjukkan prestasi sampai tingkat internasional, dan itu sudah banyak yang terjadi. Sebagai pemerintah, layanilah masyarakat, bimbing mereka ke arah yang lebih baik. Sebagai rakyat, patuhlah kepada pemimpin, jika ada masalah, selesaikan dengan cara yang baik dan damai. Dan sebagai warga Negara, kita harus berusaha menegakkan apa yang talah menjadi ketetapan Negara seperti Pancasila, UUD 1945, peraturan Pemerintah, dll.

Terima kasih.......

Klik disini untuk melanjutkan »»

Bukan Sifat Orang Indonesia

.
2 komentar

Bangsa Indonesia sudah terkenal sampai penjuru dunia sebagai bangsa yang ramah dan toleran. Bangsa yang penuh dengan sopan santun, rukun, dan selalu tersenyum. Benarkah demikian? Jawabannya adalah “Benar”. Masalahnya kapan pernyataan seperti itu dikeluarkan?
Potret keadaan Indonesia sekarang yang carut-marut disertai berbagai tindakan anarkis, tampaknya menghapus citra Indonesia sebagai bangsa yang ramah dan toleran. Maukah seperti itu? Setujukah seperti itu?

Lihatlah beberapa gambar ini.


Tampaknya manusia Indonesia sekarang sudah melupakan warisan leluhur kita, sopan, ramah, toleran, rukun, dan banyak lagi sifat-sifat mulia lainnya. Dan hal-hal seperti itulah yang menyebabkan citra Indonesia di mata dunia semakin hilang.

Sebagai manusia Indonesia sekaligus penerus leluhur kita, kita harus menjaga dan melestarikan warisan-warisan yang telah diturunkan kepada kita. Buang perbuatan sia-sia, simpan pikiran dan tenaga untuk membawa citra Indonesia kembali bersinar di mata dunia.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Apa yang Bisa Kamu Lakukan untuk Negerimu?

.
0 komentar

Apa yang bisa kamu lakukan untuk negerimu? Sebuah pertanyaan yang menantang dan memotivasi (1) atau hanya sekedar pertanyaan yang tidak bernilai, hanya pertanyaan yang tidak penting (2)?


Jika kita setuju dengan pernyataan 1, berarti kita sudah sadar atau paling tidak sudah memiliki tujuan yang akan membawa kita melakukan hal-hal positif untuk negeri kita.


Masalahnya adalah jika kita menganggap pertanyaan itu sama dengan pernyataan 2, ini yang perlu dikhawatirkan. Berarti kita belum sadar dan belum peduli dengan negeri Indonesia ini.


Ada beberapa hal yang perlu disampaikan terutama kepada yang setuju dengan pernyataan 2. Sudah berapa tahun kita hidup di negeri ini dan sudah berapa banyak sumber daya yang kita gunakan. Berapa banyak air, tanah, udara, dsb yang kita gunakan untuk hidup kita. Sebagian besar yang kita gunakan adalah gratis, pemberian cuma-cuma dari negeri ini. Karena sangat banyaknya yang kita gunakan, seandainya kita hitung pasti tidak akan bisa. Apa itu belum cukup menyadarkan kita bahwa sudah banyak yang diberikan negeri ini untuk kita dan keharusan kita untuk berterima kasih kepada negeri ini?


Jika kita tidak memberikan apapun untuk negeri ini, berarti kita hanya numpang hidup. Lebih parah lagi tidak ada sedikitpun niat untuk melakukan itu. Yang paling parah, kita menggunakan semau kita sampai merusaknya. Memangnya milik siapa negeri ini? Milik kita? Atau generasi kita saja?


Ada sebuah kata bijak yang redaksinya seperti ini : “Negeri ini bukanlah pemberian dari leluhur untuk kita, tetapi kita meminjamnya dari generasi penerus kita.” Tanggungjawab terhadap barang pinjaman adalah mengembalikannya kepada pemiliknya paling tidak sesuai dengan keadaan saat kita meminjamnya. Sebagai tanda terima kasih kepada peminjam, sebaiknya kita memberikan sesuatu sebagai hadiah untuk pemiliknya. Sebagai peminjam tida dibenarkan kita meminjam negeri ini, menggunakan kekayaannya, merusaknya, kemudian mengembalikan kepada pemiliknya dalam keadaan yang sudah rusak. Oleh karena itu, mari kita jaga negeri ini, kita beri tambahan positif, agar nanti saat kita kembalikan kepada pemiliknya, barang pinjaman tersebut dapat digunakan seterusnya.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Menuju Indonesia yang Lebih Baik

.
0 komentar

Menuju Indonesia yang lebih baik adalah harapan semua warga Indonesia. Indonesia yang damai, sejahtera, berani bersaing, dll. Tentunya untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan syarat. Beberapa di antaranya adalah pemimpin yang baik dan rakyat yang baik.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang diharapkan. Pemimpin yang diharapkan bisa membawa ke arah yang lebih baik. Pemimpin yang baik haruslah yang professional. Tidak hanya itu, tetapi juga harus rela berbuat yang terbaik untuk melayani rakyat dan negaranya. Bukan pemimpin yang mementingkan diri sendiri, bukan pemimpin yang menggunakan kesempatan untuk memperkaya diri, bukan pemimpin yang asal-asalan yang dipilih karena janji dan sogokan. Selain itu, pemimpin yang diharapkan adalah pemimpin yang bisa menghormati dan menebar senyum ikhlas kepada rakyatnya.

Rakyat yang baik adalah rakyat yang patuh kepada pemimpinnya. Rakyat yang kritis, yang peka, yang dapat memberikan masukan kepada para pemimpinnya, tetapi tidak dengan kekerasan dan aksi yang anarkis. Selain bisa memberikan kritik, rakyat yang baik diharapkan bisa memberi masukan berupa solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, rakyat yang baik adalah rakyat yang bisa memilih pemimpin terbaik bagi semuanya.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tulisan Bersambung Bagian 3 - Impian dan Semangat Anak Bangsa

.
0 komentar

Setelah apa yang terjadi pada negeri ini, pasti semua menginginkan keadaan yang lebih baik. Keadaan yang membuat Ibu Pertiwi tersenyum senang.

Pernah mendengar lirik lagu berikut :

kulihat ibu pertiwi
kami datang berbakti
lihatlah putra-putrimu
menggembirakan ibu

ibu kami tetap cinta
putramu yang setia
menjaga harta pusaka
untuk nusa dan bangsa

Itulah bait ke-3 dan ke-4 lagu Ibu Pertiwi. Sebagai seorang anak bangsa, seharusnya kita tergugah setelah merenungi lirik di atas. Lebih bersemangat untuk membangun bangsa dan Negara kita, Indonesia. Buatlah diri kita bersemangat untuk berbakti kepada bangsa dan Negara ini dengan membangun tanggung jawab bahwa kita memiliki Indonesia. Indonesia yang harus kita bawa kea rah yang lebih baik, Indonesia yang mampu bersaing dengan Negara-negara maju lain, tanpa meninggalkan kebudayaan asli warisan leluhur Indonesia.

Teruslah berbuat dan berprestasi untuk membuat Ibu Pertiwi tersenyum !!!


Tamat/Selesai/The End

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tulisan Bersambung Bagian 2 - Indonesia Sekarang

.
0 komentar

Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang
Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
(Ibu Pertiwi)

Mungkin lirik di atas tepat menggambarkan keadaan saat ini, suatu keadaan yang membuat Ibu Pertiwi susah dan berlinang air matanya. Kondisi politik Indonesia yang carut-marut, berbagai tindakan anarkis, kemiskinan, kerusakan alam, dll.
Tampaknya makna dari lagu “Kolam Susu” oleh Koes Plus sudah mulai menghilang. Lirik lagu Ibu Pertiwi di atas tampaknya menggantikan lagu Kolam Susu. Ditambah lagi lirik :

Mengapa tanahku rawan kini
Bukit-bukitpun telanjang berdiri
Pohon dan rumput-rumput
Enggan bersemi kembali
Dan burung-burung malu bernyanyi
(Boomerang – Berita Cuaca)

Menggambarkan keadaan alam di Indonesia sekarang. Kerusakan alam yang disebabkan ulah tangan manusia sendiri, penebangan liar, pembakaran hutan, membuang sampah di sungai, membuang limbah di laut, dsb. Selain itu penambangan dan industri yang tidak memperhatikan AMDAL menambah kerusakan alam Indonesia.

Akibat dari kerusakan alam tersebut berakibat bencana yang diterima oleh bangsa Indonesia sendiri. Tidak hanya itu, beberapa kerusakan alam Indonesia juga dirasakan oleh luar Indonesia seperti hilangnya sebagian hutan Indonesia terhadap pemanasan global yang terjadi di dunia. Indonesia yang diharapkan dapat menjaga hutannya untuk kebaikan dunia, malah dirusak. Hal itu sangat disayangkan banyak pihak. Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya, setara dengan luas 300 lapangan bola setiap jam – sebuah angka yang menurut Greenpeace layak menempatkan Indonesia di dalam the Guinness Book of World Records sebagai negara penghancur hutan tercepat di dunia (http://kusukabumiku.or.id/jurnal/2007/03/18/indonesia-layak-peroleh-rekor-dunia-sebagai-penghancur-hutan-tercepat/).
Pencemaran sungai dan banjir sudah menjadi pemandangan yang biasa terlihat di Indonesia. Hal tersebut tidak lain adalah karena ulah tangan manusia sendiri. Tidak mau mempedulikan lingkungan seperti membuang sampah sembarangan tampaknya sudah menjadi sifat manusia Indonesia sekarang. Karena hal seperti itu, banyak orang yang tidak bersalah pun yang menjadi korban.

Tidak hanya alam saja yang rusak, politik di Negara kita juga memprihatinkan. Korupsi sudah sering menjadi sajian berita di berbagai media. Demonstrasi juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya itu, lebih parah lagi demonstrasi yang disertai aksi-aksi anarkis yang akhir-akhir ini sering terjadi. Tampaknya kesadaran politik warga Indonesia belum dewasa.

bersambung...

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tulisan Bersambung Bagian 1 - Indonesia Tempoe Doeloe

.
0 komentar

Bukan lautan hanya kolam susu

kail dan jala cukup menghidupimu

Tiada badai tiada topan kautemui

Ikan dan udang menghampirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

(Koes Plus – Kolam Susu)

Lestari alamku lestari desaku
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusa


Damai saudaraku suburlah bumiku
Kuingat ibuku dongengkan cerita

Kisah tentang jaya nusantara lama
Tentram kerta raharja di sana

(Boomerang – Berita Cuaca)

Semua pasti sudah pernah mendengar lirik lagu di atas. Lirik tersebut menggambarkan kepada kita tentang kaya dan indahnya negeri kita, Indonesia. Tentang kejayaan negeri Indonesia. Negara yang kaya dengan hasil alamnya, darat maupun air. Kesuburan tanah dan melimpahnya hasil bumi adalah ciri Indonesia. Selain kekayaan alamnya, Indonesia adalah Negara yang damai, Negara yang tenteram.

Negara Indonesia memang diakui sebagai Negara yang subur, penuh dengan kekayaan hasil bumi maupun laut. Hutan yang luas terbentang dari Sabang sampai Merauke membuat Indonesia terlihat hijau. Karena itu, Indonesia mendapat julukan “Zamrud Khatulistiwa”. Karena luasnya hutan Indonesia, membuat Indonesia juga mendapat julukan sebagai salah satu “Paru-paru Dunia”. Tanah yang subur membuat panen bahan makanan melimpah. Barang tambang tersebar di Indonesia, emas, perak, minyak bumi, gas alam, dll. Di laut, ikan yang melimpah menjadi bagian kekayaan Indonesia. Menjadi andalan para nelayan Indonesia.


bersambung...

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
{nama-blog-anda} is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com